BAB
2
PERENCANAAN
DAN MANAJEMEN
STRATEGI RITEL
·
Pemahaman tentang Saluran Pemasaran
Membicarakan strategi pemasaran,
memang tidak akan pernah ada habisnya. Berbagai cara dan usaha bisa dijadikan
sebagai strategi untuk memasarkan sebuah produk. Salah satu strategi yang sudah
dijalankan masyarakat dari dulu hingga sekarang adalah pemasaran dengan sistem
retail atau eceran. Yang dimaksud dengan strategi pemasaran retail atau eceran
sendiri adalah segala kegiatan jual-beli yang bertujuan menyalurkan barang
kepada konsumen akhir, guna memenuhi kebutuhan pribadi para konsumen.
Sebagian besar pelaku usaha
memilih untuk menggunakan strategi pemasaran ini, sebab peluang pasar yang
paling potensial datang dari konsumen akhir, yang rata-rata membeli suatu
produk untuk keperluan mereka sehari-hari. Tak heran bila saat ini perkembangan
bisnis retail juga sangat pesat, lihat saja bisnis toko kelontong, minimarket,
hingga bisnis retail yang sudah besar seperti Matahari, Alfamart, Indomart, dan
Hero banyak dicari para konsumen.
Tingginya permintaan pasar akan
produk retail, membuat sebagian besar pelaku usaha memilih strategi pemasaran
tersebut untuk melepas produk mereka ke pasaran. Meskipun cara ini terbilang
mudah, namun persaingan pasar bisnis retail sudah sangat tinggi. Maka dari itu
bagi Anda yang ingin terjun dalam bisnis retail, sebaiknya perhatikan hal-hal
berikut untuk memenangkan pasar :
Pertama, tentukan target
pasar. Meskipun bisnis retail biasa menawarkan berbagai produk
kebutuhan masyarakat, namun sebisa mungkin tentukan target konsumen yang ingin
Anda jangkau. Misalnya saja lebih menekankan harga murah untuk menjangkau
konsumen menengah kebawah, atau menyediakan produk dengan kualitas terbaik
untuk menjangkau sasaran pasar menengah keatas.
Kedua, ciptakan
loyalitas pelanggan. Memiliki konsumen yang loyal,
merupakan strategi tepat untuk meningkatkan pemasaran. Bukan hanya itu saja,
dengan adanya loyalitas konsumen juga membantu bisnis retail untuk menghadapi
persaingan pasar. Ciptakan program-program promosi yang dapat meningkatkan
loyalitas konsumen, contohnya saja dengan memberikan kartu diskon bagi para
member, atau mengadakan event promosi setiap akhir pekan.
Ketiga,pilih lokasi
usaha yang strategis. Pemilihan lokasi usaha sangat mempengaruhi
tingkat penjualan pada bisnis retail. Sesuaikan lokasi usaha dengan bisnis
retail yang ingin dijalankan, sebab lokasi usaha juga ikut menentukan potensi
pasar. Seperti lokasi yang ada di tengah pemukiman warga, Anda bisa membuka
toko kelontong. Sedangkan untuk lokasi usaha yang ada di daerah perkotaan, Anda
bisa mencoba bisnis retail dengan minimarket atau supermarket.
Keempat, cantumkan brand
pada setiap produk. Penanaman image kepada para konsumen, menjadi cara
jitu untuk memasarkan bisnis retail. Yang perlu diingat adalah brand bukan
hanya sekedar nama, jadi cantumkan brand yang telah ditetapkan di setiap
produk. Seperti mencantumkan logo disetiap label harga produk, atau
mencantumkan logo pada interior ruangan. Sehingga brand tersebut menjadi
pembeda bisnis retail Anda dengan bisnis para pesaing.
Kelima, berikan
pelayanan prima kepada konsumen. Jangan abaikan istilah pembeli adalah
raja. Istilah ini memberikan masukan kepada para pelaku usaha untuk selalu
memberikan pelayanan terbaik bagi para konsumen. Biasakan layani konsumen
dengan 3S 1A (sambut, senyum, sapa dan antusias). Lakukan dari hal yang terkecil,
seperti menyambut konsumen dengan salam dan mengucapkan terimakasih setelah
mereka selesai berbelanja. Cara ini sudah dilakukan pada sebagian kecil bisnis
retail, seperti Indomart. Jadi konsumen merasa dihargai ketika berbelanja di
tempat Anda, dan tidak segan untuk datang berbelanja kembali.
Karena strategi
pemasaran bisnis retail lebih mengacu pada konsumen akhir sebagai
potensi pasar, sebaiknya lakukan pemasaran bisnis dengan pendekatan langsung
kepada konsumen. Yakinlah bila loyalitas konsumen telah terbentuk, maka yang
menjadi agen pemasaran paling efektif bagi bisnis Anda adalah para konsumen
tersebut. Oleh karena itu, penuhi kebutuhan konsumen dan biarkan mereka menjadi
agen pemasaran Anda. Salam sukses
·
Pemahaman
tentang Perilaku
Konsumen
Dalam
pengertian bisnis ritel ini, barang yang dijual disalurkan langsung kepada
konsumen. Konsumen yang dimaksud dalam pengertian ini adalah diri pribadi,
keluarga, maupun rumah tangga. Proses yang terjadi dalam bisnis ritel ini
mencakup berbagai kegiatan sehingga transaksi antara pedagang dan pembeli
terjadi. Dalam hal ini, terdapat unsur yang mesti ada dalam kegiatan bisnis
ritel, yaitu meliputi product (barang atau jasa), price (harga), place (tempat
atau lokasi penjualan), dan promotion atau promosi. Hal ini tentu saja berbeda
dengan bisnis grosir dimana pengusaha membeli barang dalam jumlah besar, dan
menyalurkannya lagi kepada peritel. Bisnis grosir biasanya dijalankan oleh
pengecer karena kemampuan modalnya yang cukup besar. Selain itu, juga terdapat
mata rantai yang cukup panjang pada penyaluran barang dalam bisnis ritel dan
melibatkan banyak pihak didalamnya, seperti distributor dan agen. Dalam mata
rantai ini, pedagang perantara atau agen berperan dan mengambil peran atau
tugas distributor untuk menyalurkan barang dari produsen. Selanjutnya agen
menyalurkannya kepada pengecer atau peritel yang menjalankan bisnis ritel agar
menjualnya lagi kepada konsumen akhir. Namun
dalam prakteknya, mata rantai bisnis tak selalu berjalan seperti itu. Pedagang
grosir, ada yang kemudian merangkap dengan membuka bisnis ritel dengan menjual
barang atau produk langsung kepada konsumen. Hal ini bisa terjadi karena adanya
peluang ataupun keuntungan bisnis yang terbuka. Meskipun bisnis ritel
menyediakan berbagai peluang yang cukup menggiurkan, namun bisnis ini tak bisa
dijalankan hanya dengan memahami pengertian bisnis ritel. Kemampuan lain yang
harus dikuasai adalah manajemen usaha yang kuat, masalah layanan, dan kepekaan
bisnis. Apalagi perilaku konsumen dalam bisns ritel tidak mudah ditebak, bahkan
sering berubah. Hanya karena perbedaan harga yang sedikit atau kecewa dengan
tukang parkir, konsumen bisa dengan mudah berpindah ke toko lain.
·
Pemahaman
tentang perilaku Pesaing
Bisnis ritel merupakan salah
satu usaha yang memiliki prospek cukup baik. Teruatam jika mengamati jumlah
populasi penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai kurang
lebih 220 juta jiwa. Alhasil, rasio keberadaan ritel khusunya ritel modern
apabila diabdingkan dengan total penduduk Indonesia masih menunjukkan
kesenjangan yang cukup besar (satu ritel masih harus melayani 500.000 jiwa).
Keberadaan ritel-ritel
tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks melayani segmen ekonomi
bawah. Namun kemajuan teknoligi dan tuntutan kebutuhan konsumen yang terus
meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi bisnis bisnis ritel.Jika pada awalnya banyak bisnis
ritel yang cukup dikelola secara tradisional, tanpa dukungan teknologi yang
memadai, tanpa pendekatan manajemen modern dan tanpa berfokus pada kenyamanan
dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pergeseran pola perilaku belanja
pelangan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa
aktivitas belanja pelanggan tidak hany dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
akan barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya
kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis
ritel tardisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum
terpemuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan
persaingan bisnis ritel yang semakin tajam.
Bekal pemahaman terhadap
konsep-konsep pengelolaan ritel modern sangat penting untuk dipahami, mengingat
kegagalan dalam pengelolaan akan menumbulkan resiko kerugian yang cukup besar.
Sedangkan jika seorang pelaku bisnis ritel tetap bertahan dengan pengelolaan
ritel secara tradisional tidak memungkinkan untuk memiliki keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan bila dihadapkan dengan semakin banyaknya ritel-ritel
modern yang dikelola dengan modal yang cukup besar maupun terjadinya perubahan
pola belanja konsumen yang mempunyai konsekuansi terhadap berubahnya kebutuhan
mereka terhadap keberadaan sebuah ritel seperti yang telah dijelaskan di atas.
Pengelolaan ritel modern skala
besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti Sumber Daya Manusia
(SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft maupun hard skill)
dalam hal manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat peluang
agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan dalam bisnis ritel (continous
competitive advantage).
Untuk itu, dipandang penting
untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang manajemen ritel
yang akan menambah kesiapan pengelola ritel tradisional maupun ritel modern
pada umumnya dalam mengimplementasikan semua pengetahuan dan konsep manajemen
ritel modern secara terintegrasi khususnya bagi kesiapan dalam mengelola bisnis
ritel modern slaka kecil dan menengah secara mandiri maupun apabila terjun sebagai
bagian dari manajemen suatu perusahaan ritel skala menengah dan besar.
Sasaran
- Para pengusaha kecil dan menengah yang berkeinginan terjun dalam bisnis ritel sebagai:
- Pemula dalam bisnis ritel modern skala kecil dan menengah secara mandiri
- Tenaga yang akan bergabung dala operasional perusahaan ritel modern skala kecil dan menengah
- Pelaku bisnis ritel tardisional kecil dan menengah yang berkeinginan untuk mengembangkan diri
- Tenaga yang akan bergabung dalam manajerial perusahaan ritel modern skala kecil dan menengah pada tingkatan supervisor/penyelia
- Para pengusaha ritel tradisional kecik dan menengah yang menjadi binaan suatu lembaga/institusi/organisasi lembaga swadaya masyarakat
Bidang Kompetensi
Pelatihan,
penelitian dan konsultasi dalam bidang Manajemen Ritel, meliputi:
- Perencanaan Bisnis Ritel (Retail Business Plan)
- Audit Ritel Manajemen
- Perencanaan dan Penyusunan Strategi Pemasaran Ritel
- Pengelolaan Barang Dagangan (Merchandise Management)
- Pengelolaan Operasional Toko (Store Operation)
- Kiat Sukses Mengeloal Ritel Modern Skala Menengah dan Kecil (memulai dan mampu bertahan dalam era kompetisi)
- Pergeseran Paradigma Pengelolaan Ritel Tradisional menuju Paradigma Ritel Modern
- Analisis Perilaku Belanja Konsumen
- Retail Mix (Bauran Ritel)
- Pengelolaan Loss Prevention
- Studi Kelayakan Bisnis Ritel
·
Pemahaman tentang Lingkungan Sosial,ekonomi, dan Teknologi
ingkungan eksternal adalah semua elemen di
luar organisasi yang relevan untuk operasi. Unsur-unsur di luar organisasi
sulit dikendalikan namun berpengaruh terhadap organisasi. Organisasi tidak
dapat berdiri sendiri atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Organisasi mengambil
input seperti bahan baku , uang, tenaga kerja dan energi dari lingkungan
eksternal yang mengubahnya menjadi produk atau jasa sebagai output. Lingkungan
eksternal dibagi menjadi dua yaitu lingkungan khusus dan lingkungan umum.
·
Pemahaman tentang lingkungan secara umum
Elemen-elemen
lingkungan umum meliputi sosial budaya, hukum, ekonomi, politik, dan teknologi.
Variabel sosial antara lain demografik, gaya hidup dan nilai-nilai sosial.
Variabel sosial budaya berkaitan dengan etika, benar-salah, dan tugas-wajib.
Perkembangan penduduk, angkatan kerja, struktur kerja partisipasi kerja dan
pendidikan mempengaruhi nilai-nilai sosial budaya.
Demografik atau keadaan
penduduk pada suatu wilayah seperti bertambahnya usia angkatan kerja. Hal ini
membawa perubahan bagi organisasi karena mempengaruhi besarnya pasokan tenaga
kerja. Demografik juga membentuk pasar untuk beraneka produk yang disebabkan
oleh baby boomers atau ledakan bayi.
Gaya hidup juga membawa
pengaruh terhadap organisasi. Sebagai contoh meningkatnya pola hidup konsumtif
masyarakat perkotaan mendorong mereka untuk membeli barang-barang yang bermerk
dan selalu up to date. Hal ini mendorong organisasi untuk lebih
menghasilkan produk mutu dan kualitas produknya.
Faktor nilai-nilai sosial
antara satu negara dengan negara lainnya berbeda. Misalnya di negara Jepang
banyak orang bekerja pada suatu perusahaan untuk seumur hidupnya. Ini berbeda
dengan sebagian besar negara-negara lain dimana masyarakatnya sering
berpindah-pindah pekerjaan dalam jangka pendek. Struktur organisasi di Perancis
lebih kaku daripada organisasi di Jepang atau Amerika. Di Jerman hak pekerja
dan serikat pekerja dijamin oleh Undang-Undang dan karyawannya disebut sebagai
mitra sosial, dan memiliki upah lebih besar daripada di Amerika Serikat.
Secara umum kondisi ekonomi
turut menentukan keberhasilan organisasi. Variabel ekonomi yaitu, kondisi
ekonomi pada umumnya yang mempengaruhi aktivitas sebuah organisasi. Variabel
ekonomi seperti upah, harga yang ditetapkan oleh pemasok dan pesaing serta
kebijakan fiskal pemerintah mempengaruhi biaya produksi barang atau penawaran
jasa dan kondisi pasar. Indikator ekonomi mengukur pendapatan, tabungan,
investasi, harga, upah, produktivitas, lapangan kerja, aktivitas pemerintah
serta transaksi internasional.
Variabel politik yaitu
berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi aktivitas suatu organisasi sebagai
hasil dari proses atau iklim politik. Proses politik mencakup persaingan antar
kelompok dengan kepentingan yang berbeda, yang masing-masing mencari peluang
untuk mencapai sasarannya sendiri. Seiring dengan tuntutan masyarakat terhadap
praktik bisnis yang tidak benar, pemerintah hendaknya menjadi kekuatan politik
yang mewakili masyarakat melalui deregulasi, debirokratisasi, dan
dekonsentrasi.
Variabel teknologi meliputi
perkembangan baru dalam produk atau proses serta pengetahuan seperti fisika
yang mempengaruhi aktivitas organisasi. Teknologi dapat mengubah segala sesuatu
secara cepat dan adakalanya masyarakat tidak siap atau belum siap akan
perubahan teknologi. Inovasi dalam bidang komputerisasi, robot, bioteknologi
dan sumber daya alam lainnya mempengaruhi produktivitas masyarakat.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa
lingkungan organisasi tidak statis. Manajemen organisasi bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi kesempatan agar berkembang. Lingkungan luar organisasi
dapat menentukan keberhasilan organisasi/lembaga/badan usaha.
Untuk mengidentifikasi
perubahan lingkungan di luar organisasi, manajer perlu memonitor lingkungan
umum. Sebagai contoh, manajer perlu mengurangi produksi barang mewah bila
melihat adanya kecenderungan penurunan pengeluaran secara umum dari
konsumennya.
Organisasi mendapatkan
informasi tentang keadaan lingkungan umum dari berbagai sumber, seperti dari
hubungan informal dalam industri, manajer organisasi lain, data dari dalam
organisasi, laporan dan statistik pemerintah, jurnal atau majalah ekonomi,
serta data-data dari internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar