BAB 8
MANAJEMEN
KEUANGAN
· Perencanaan
dan pengendalian finansial
Perencanaan dan pengendalian
keuangan meibatkan proyeksi-proyeksi berdasarkan standar dan perkembangan dari
umpan balik dan proses penyesuaian untuk memperbaiki prestasi kerja.
Perencanaan keuangan mencakup
penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi produksi
dan pemasaran untuk kemudian bagaimana menentukan kebutuhan pendanaannya.
Perencanaan Keuangan adalah proses
dari :
- Menganalisis pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan.
- Memproyeksikan konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghidari hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang akan datang.
- Menentukan alternatif mana yang akan dipilih
- Mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
·
Sistem pengendalian perdagangan ritel
Sistem pengendalian intern perlu
diterapkan pada berbagai jenis usaha bisnis termasuk pada usaha bisnis ritel
(retail). Usaha ritel yang saat ini sedang berkembang adalah usaha ritel modern
dalam bentuk swalayan. Penerapan pengendalian intern perlu dilakukan pada
seluruh kegiatan operasional swalayan, termasuk yang paling utama yaitu sistem
penjualan tunai dan penerimaan kas. Sistem pengendalian intern bertujuan untuk
mengamankan harta perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem
penjualan tunai dan penerimaan kas pada Swalayan Bentar cabang Mojokerto, dan
menjelaskan penerapan pengendalian intern sistem penjualan tunai dan penerimaan
kas pada swalayan yang bersangkutan. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis secara mendalam
terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan kas, serta unsur-unsur
pengendalian intern, yaitu struktur organisasi, sistem wewenang dan prosedur
pencatatan, dan praktik yang sehat. Hasil penelitian terhadap sistem penjualan
tunai dan penerimaan pada Swalayan Bentar menyatakan bahwa sistem penjualan
tunai dilakukan oleh bagian kasir. Sedangkan sistem penerimaan kas dilakukan
oleh bagian kasir, supervisor kasir, bagian keuangan, dan manager operasional.
Sistem pengendalian intern pada penjualan tunai adalah penggunaan barcode dalam
setiap transaksi pembayaran dari pembeli. Sistem pengendalian intern pada
penerimaan kas memerlukan pemisahan fungsi dari bagian yang memeriksa
penerimaan kas (supervisor kas) dan bagian yang melakukan pencatatan penerimaan
kas dan penyetoran uang ke bank, yaitu bagian keuangan. Berdasarkan hasil
penelitian, disarankan untuk menerapkan sistem terkomputerisasi secara
menyeluruh terhadap aktivitas transaksi di Swalayan Bentar mengingat Swalayan Bentar
semakin berkembang. Perbaikan pembagian tugas juga perlu dilakukan untuk
mengantisipasi penyelewengan. Selain itu perlu dilakukan penambahan fasilitas
credit card agar transaksi pembayaran lebih efisien.
·
Analisis dan pengendalian biaya
Pembangunan perekonomian
Indonesia pada saat ini sedang berkembang seiring dengan pertumbuhan
pembangunan di bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut mempunyai arti
pengolhan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui
penanaman modal, pembangunan teknologi serta melalui penambahan kemampuan
berorganisasi dan manajemen. Dengan demikian kerjasama dari seluruh lapisan
masyarakat sangat diharapkan untuk dapat mengolah kekuatan ekonomi potensial
yang tersedia. Dalam pengertian yang lebih luas perusahaan merupakan organisasi
yang terdiri dari bagian yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk beberapa
maksud atau sasaran. Perusahaan sebagai adalah satu pelaku ekonomi yang
mempunyai tujuan memperoleh laba yang wajar, perlu memiliki program dalam melaksanakan
kegiatan. Bagi perusahaan yang mengejar keuntungan dan berusaha mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan tentu akan menghadapi berbagai masalah yang akan
timbul sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Salah satu contoh masalah yang
dihadapi adalah bagaimana melaksanakan pengendalian terhadap biaya-biaya yang
terjadi dalam perusahaan. Pengendalian secara menyuluruh dalam perusahaan
karena hanya dengan demikian apa yang mungkin dicapai oleh perusahaan dapat
diketahui. Dalam dunia usaha, yang menjadi ukuran keberhasilan perusahaan
adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar laba yang
dihasilkan oleh perusahaan, maka dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut
berhasil dengan baik dalam menjalankan usaha. Memperbesar jumlah laba dapat
diilaksanakan melalui keputusan dengan berbagai macam cara seperti menaikkan
jumlah omset penjualan, meminimalkan biaya atau menaikkan harga jual yang
wajar. Perusahaan harus melaksanakan suatu pengendalian terhadap biaya untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.
Pengendalian
biaya pada umumnya mencakup tiga fungsi manajemen antara lain:
- Fungsi planning melalui penetapan sasaran dan penyusunan rencana.
- Fungsi organizing pada tingkat operasional
- Fungsi controlling melalui evaluasi terhadap tujuan yang telah dicapai.
Setiap
perusahaan yang ingin tetap berjalan harus mampu mempertahankan eksistensinya
dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal, efisien dan efektif. Untuk itu
dibutuhkan tingkat kemampuan manajemen untuk mengendalikan perusahaan terutama
dalam meningkatkan kualitas. Apabila mekanisme operasi perusahaan relative
masih sederhana, maka sistem pengendalian dilakukan dengan sistem pengawasan
langsung, tetapi jika perusahaan sudah beroperasi dengan skala besar dan
melibatkan beberapa bagian, maka manajemen tidak lagi mampu mengadakan
pengawsan langsung secara efektif. Dalam hal ini sistem pengendalian perlu
dilengkapi dengan sistem pengendalian wewenang dan sistem pertanggungjawaban
dengan menggunakan laporan tertulis. Anggaran adalah merupakan salah satu alat
perencanaan keuangan perusahaan yang sekaligus dipakai sebagai dasar sistem
pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan. Dengan tersusunnya rencana
keuangan tersebut terhadap pimpinan perusahaan dapat lebih mudah melakukan
koordinasi dalam melakukan koordinasi dalam melaksanakan tugasnya. Dalam proses
pelaksanaan kegiatan perusahaan kita dapat menganalisa apakah anggaran yang
telah disusun dapat terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan sebelumnya, atau
terdapat varians dalam melaksanakan varians yang terjadi dapat dilihat pada
akhir bulan atau akhir tahun dengan cara membandingkan antara anggaran dan
realisasinya. Varians yang selalu mutlak terjadi pada setiap anggaran
perusahaan perlu kita nilai apakah varians itu dapat dianggap sebagai suatu
yang wajar, artinya varians itu mutlak dan wajar tidak dapat dihindari atau
varians itu dianggap suatu yang tidap wajar, yang disebabkan oleh kurangnya
pengawsan dan terjadinya pemborosan. Perusahaan tidak terlepas dari perencanaan
anggaran biaya operasional, mulai dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum
penyusunan rencana penyusunan anggaran itu sendiri. Implementasi dari rencana
tersebut sampai akhir tahap pengawsan dan evaluasi dari hasil rencana tersebut.
·
Analisis dan pengendalian modal saham
Pembangunan perekonomian di
suatu negara memerlukan adanya modal yang besar. Bukan hanya modal sumber
daya manusia dan alam, tetapi juga modal berupa dana yang
tidak sedikit. Pemerintah akan mencoba untuk
menghimpun dana dari masyarakat, baik masyarakat dalam negeri maupun dari
masyarakat luar negeri. Salah satu cara menghimpun dana yang dapat
dilakukan adalah dengan menggalakkan investasi. Pemerintah akan berusaha
menarik minat masyarakat untuk berinvestasi dengan hasil yang menguntungkan.
Perekonomian suatu negara seringkali dinilai
berdasarkan aktivitas investasi yang terjadi.
Apabila tingkat investasinya tinggi, maka prospek perekonomian negara itu akan
semakin bagus.
Investasi yang dianggap paling
cepat memberikan keuntungan adalah investasi melalui pasar modal. Karena
itu, pasar modal akan menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan.
Pasar modal menjadi alternatif penghimpun dana dari masyarakat selain sistem
perbankan. Instrumen keuangan di pasar modal yang paling banyak
digunakan untuk menarik dana dari masyarakat adalah saham biasa (common
stock). Pada umumnya para investor memilih investasi dengan saham
biasa, karena harapannya akan memperoleh return, yang berupa capital
gain/capital loss dan dividend. Capital gain/loss adalah
selisih dari harga jual dan harga beli saham, sedangkan dividend adalah
sisa keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Setiap
investor mempunyai preferensi yang berbeda-beda untuk return yang
diharapkannya. Ketidakpastian return yang akan diperoleh
merupakan risiko yang harus dihadapi oleh para investor. Karena itu,
investor akan berhati-hati untuk memutuskan investasi apa yang akan dipilihnya.
Pada saat akan berinvestasi
dalam suatu saham, investor akan berusaha menilai perusahaan untuk
memperkirakan return yang diharapkan dapat diperolehnya. Harga
saham suatu perusahaan di pasar modal seringkali menjadi acuan untuk
menunjukkan nilai perusahaan tersebut. Analisis
fundamental perusahaan, menjadi salah
satu cara untuk menilai
kinerja dan prospek perusahaan. Dividen merupakan
salah satu faktor fundamental yang diperkirakan akan dapat mempengaruhi harga
saham. Saat ini masih terjadi perdebatan tentang relevan tidaknya
kebijakan dividen Hasil penelitian Setyorini (2001),
menunjukkan bahwa kandungan informasi dalam pengumuman dividen dapat
berpengaruh terhadap abnormal retun suatu saham, yang berarti
mempengaruhi harga saham. Informasi kenaikan deviden bisa ditafsirkan
sebagai tanda optimis sehubungan dengan keuntungan perusahaan, dan sebaliknya
penurunan dividen dapat ditafsirkan adanya penurunan
keuntungan dimasa depan (Dewi, 2003). Bagi investor
yang mengharapkan return dari dividen, tentu akan memperhatikan
informasi yang berhubungan dengan pembayaran deviden yang akan dilakukan
perusahaan.
Jika suatu perusahaan memperoleh
keuntungan, bukan berarti perusahaan tersebut pasti membagikan dividen.
Darmadji dan Fakhruddin (2001:116) menyatakan bahwa dividen baru bisa diterima
investor jika dua syarat terpenuhi, yaitu perusahaaan memperoleh keuntungan dan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berwenang telah memutuskan pembagian
dividen atas laba tersebut.
Pembayaran dividen juga
tergantung kepada kebijaksanaan dewan direksi perusahaan (Sundjaya
dan Barlian, 2003:353). Ada aturan yang
membatasi pembayaran dividen tersebut. Sebelum pembayaran dividen
kepada pemegang saham biasa dilakukan, semua
tuntutan atau kewajiban kepada pemerintah,
kreditur dan pemegang saham preferen harus dipenuhi terlebih dahulu.
Pihak manajemen perusahaan akan mempertimbangkan berbagai hal untuk menentukan
kebijakan dividennya. Kebijakan mengenai apakah perusahaan akan melakukan
pembayaran dividen atau tidak, atau berapa
besarnya dividen yang akan dibayarkan dapat mempengaruhi
penilaian investor tentang kondisi perusahaan. Di lain pihak, pemegang saham
biasa yang merupakan investor adalah pihak luar yang sangat sedikit
memperoleh informasi tentang kondisi
perusahaan. Jika investor dapat mengetahui hal-hal apa yang menjadi
pertimbangan pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai
pembayaran dividen kasnya, maka investor dapat memprediksi dividen kas yang
akan diperolehnya sebagai pengembalian atas investasi yang dilakukannya.
Banyak penelitian yang telah
membuktikan bahwa pasar modal bereaksi terhadap semua informasi yang
berhubungan dengan perusahaan. Informasi yang dianggap memberikan
kabar baik dapat menaikkan harga dan sebaliknya
informasi yang dianggap kabar buruk akan menurunkan
harga. Bagi investor yang menginginkan return dari
dividen, tentu akan menganalisa variabel-variabel yang kemungkinan dapat
mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pembayaran dividen.
Penelitian mengenai hal ini juga telah banyak dilakukan untuk membantu investor
dan manajemen untuk memutuskan kebijakan dividen yang terbaik bagi pihak-pihak
yang terkait. Baker dan Powell (2000) melakukan survei
terhadap perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di
NYSE tahun 1997, untuk mengetahui pandangan manajer perusahaan
mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kebijakan dividen.
Penelitian mereka memperoleh hasil bahwa faktor yang paling mempengaruhi
kebijakan dividen adalah tingkat laba dan kontinyuitas dividen masa lalu.
Sebuah survei juga pernah dilakukan di Bursa Efek Jakarta yang
tujuannya untuk menilai pandangan para pemimpin eksekutif terhadap
kebijakan dividen dan kebijakan struktur modal.
Hasil survei menunjukkan bahwa bagi para eksekutif, variabel yang
berpengaruh terhadap kebijakan dividen adalah variabel laba dan kesempatan
investasi. Selain itu, cash ratio, cashflow, dan harga
saham juga menjadi variabel yang mempengaruhi dividen (Pefindo :1997 dalam
Anshori :2001).
Sutrisno (2001) telah meneliti
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada
perusahaan publik. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang
signifikan. Dari 6 variabel yang diteliti, hanya variabel posisi
kas dan rasio hutang yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel potensi
pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan dan profitabilitas tidak cukup
signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Erawati dan Sisdyani (2005),
yang meneliti 5 variabel, dan hasilnya menyatakan bahwa dividen kas tahun
sebelumnya dan laba yang diperoleh perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pembayaran dividen kas, tetapi hutang dan likuiditas justru
berpengaruh tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Dewi (2003) yang juga menyatakan bahwa laba dan dividen tahun lalu
berpengaruh signifikan.
Banyak penelitian tentang
kebijakan dividen yang telah dilakukan, tetapi hasil penelitian-penelitian
tersebut tidak ada yang konsisten. Dari permasalahan inilah, peneliti merasa
tertarik untuk menguji ulang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pembayaran dividen kas. Penelitian ini merupakan replikasi dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Kania dan Bacon (2005), yang melakukan
penelitian untuk menguji faktor-faktor yang memotivasi kebijakan dividen
perusahaan.
Persamaan penelitian
ini dengan penelitian Kania dan Bacon
(2005) adalah variabel dependent yang digunakan, yaitu menggunakan Dividend
Payout Ratio (DPR), tetapi sampel perusahaan dan variabel independent yang
digunakan berbeda. Kania dan Bacon (2005) mengamati beberapa variabel,
yaitu Return On Equity (ROE), pertumbuhan penjualan, likuiditas (current
ratio), rasio hutang (Debt to Total Asse)t, Insider Ownership,
Beta, Institusional Ownership, penggunaan modal, dan pertumbuhan earning
per share, sedangkan penelitian ini hanya fokus pada variabel keuangan
yang bersifat intern yaitu ROE, variabel pertumbuhan earning pershare, likuiditas
dan rasio hutang. Ukuran likuiditas diukur dengan cash ratio karena
ukurannya lebih tajam dibandingkan current ratio, sedangkan rasio
hutang diukur dengan Debt to Equity Ratio. Penelitian ini
menambahkan variabel dividen periode
sebelumnya karena diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
kebijakan pembayaran dividen saat ini, berdasarkan adanya
beberapa penelitian mengenai hal itu. Selain itu, sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta tahun
2004, sedangkan sampel yang digunakan oleh Kania dan Bacon (2005) adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar dan
datanya terdapat dalam website www.MultexInvestor.com, sebuah
website pemandu pasar modal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar